all about me
Aku menutup mataku, terbaring di atas tempat tidur. Tubuhku tidak dapat digerakkan. Aku rasa waktuku sudah tidak banyak. Saat ini aku hanya bisa berharap, semoga dia mau datang dan memberiku kekuatan untuk menghadapi kematianku. Aku ingin memberitahukan padanya betapa aku mencintainya dan meminta maaf karena selalu merepotkannya dengan segala kelemahanku.

Aku jadi teringat kepada ayahku, saat dia menghadapi hari-hari tuanya. Saat itu dia pikun dan mengacaukan semuanya, dia sering marah-marah tidak jelas, tidak mau makan, tidak mau mandi. Saat itu, yang aku rasakan hanya sebuah perasaan kesal. Aku telah disibukkan oleh pekerjaanku, dan begitu aku pulang, aku harus mengurusnya atau melihatnya membuat kekacauan di rumah.

Sekarang, aku melakukan hal yang sama. Aku membuat kekacauan bukan karena aku pikun seperti ayahku dulu, tapi karena aku sudah tidak lagi dapat melihat dengan baik, semua anggota tubuhku telah melemah. Dan ketika anakku meneriakiku dengan amarahnya, aku hanya bisa diam karena aku mengerti perasaannya. Sama seperti aku dulu saat memaki ayahku.

Namun, sekali pun aku mengerti, tetap saja aku merasa sedih. Aku benar-benar merasa menjadi beban untuk anakku. Saat itu aku berdoa pada Tuhan, semoga dia mencabut nyawaku secepatnya, agar aku tidak lagi akan membebani anakku.

Aku tahu dia sibuk dengan pekerjaannya. Aku mengerti perasaannya, aku paham dia lelah. Aku benar-benar sayang padanya, sampai-sampai aku tidak bisa memikirkan diriku. Aku selalu berusaha menghibur diriku dengan mencari kesibukkan lain, seperti mengajak anjing peliharaannya jalan-jalan, dan berbagai kesibukkan lainnya.

Sebenarnya dalam hatiku yang terdalam, aku berharap dia akan menemaniku, menghabiskan sedikit saja waktunya untukku. Tapi rasanya itu hanya sebuah harapan saja. Pengharapan yang sulit untuk terwujud.
Saat ini, aku tidak punya siapa pun yang bisa aku ajak untuk berbicara.

Namun, aku juga tidak dapat memaksanya untuk mendengarkan ceritaku yang mungkin sudah berulang kali aku ceritakan karena ingatanku sudah tidak baik dan lupa bahwa aku sudah menceritakan hal tersebut berulang kali.

Maka aku memutuskan untuk diam. Ini adalah caraku untuk mengatakan bahwa aku menyayanginya. Namun kali ini, untuk terakhir aku benar-benar berharap ada keajaiban. Aku berharap dia akan datang dan mengenggam tanganku sebelum aku pergi untuk meminta maaf pada ayahku atas semua perbuatanku.





Renungan:
Pikirkan lah orang tua kalian, jangan lihat mereka buruk karena tidak sesuai dengan keinginan kalian... Namun lihat lah kebaikkan mereka karena telah memberikan keinginan kalian sesuai dengan kemampuan mereka...


Jangan menuntut mereka untuk bisa sesuai keinginan kalian, karena mereka sudah berulang kali menuruti keinginan kalian... Sudah kah kalian dapat membalas semua jasa dan kebaikkan mereka bukan dengan harta atau pun materi, tapi dengan perhatian, kasih sayang, dan waktu kalian untuk mereka...

0 Responses

Posting Komentar